Ushuluddin PTIQ Jakarta, 10/07/2023: Ada 261 metode belajar baca Al-Qur’an di Indonesia, yang menjadikan kita bangsa yang paling kreatif dan memiliki produktivitas yang tinggi. Bisa dinyatakan, bahwa kebanyakan metode tersebut diperuntukkan kepada anak-anak dengan asumsi bahwa setelah mereka bisa membaca Al-Qur’an, mereka secara rutin membaca Al-Qur’an akhir hayat.
Namun, ada temuan menarik di mana pola (pattern) masyarakat urban adalah belajar baca Al-Qur’an saat usia taman kanak-kanak, lalu menghafal juz 30 saat di sekolah dasar. Ketika belajar di tingkat menengah, mereka mulai jarang membaca Al-Qur’an, dan saat kuliah semakin jarang membaca Al-Qur’an. Memasuki usia kerja, mereka hampir tidak sempat membaca Al-Qur’an, mengingat Senin-Jumat mereka di kantor dan di akhir pekan mereka berlibur dan beristirahat bersama keluarga. Hingga pada usia 40 an, di mana mereka sudah mapan secara ekonomi, mereka memiliki kesadaran beragama dan ingin kembali membaca Al-Qur’an. Namun mereka sudah tidak bisa membaca Al-Qur’an bahkan lupa huruf Hijaiyah.
Karenanya diperlukan metode yang diperuntukkan kepada orang dewasa, dan juga kepada orang yang baru masuk Islam di usia dewasa. Metodenya disesuaikan dengan karakter orang dewasa dan bisa dipelajari dalam waktu yang singkat.
Andi Rahman, dosen pada program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas PTIQ Jakarta, telah menulis 5 buku metode belajar. Buku kelima, diberi nama Mafaza dan ditulis untuk orang-orang dewasa. Lama pembelajaran sekitar 12 jam, dan peserta ajar ditargetkan mampu membaca Al-Qur’an. Buku yang diterbitkan pada tahun 2017, kini telah naik cetak sebanyak 7 kali. Buku ini sudah digunakan di sekolah, dan masyarakat umum hingga di luar negeri semisal Malaysia. (AR)
Pelatihan Mafaza bersama penulis, bapak Dr. Andi Rahman, MA.