Diskusi Himpunan Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (HIMA-IQTAF)

Himpunan Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (HIMA-IQTAF) Universitas PTIQ Jakarta telah menyelenggarakan acara rutinan setiap bulan-nya yaitu Khataman dan Diskusi dan pada kesempatan kali ini dengan tema “Boikot Sebagai Instrumen Jihad Non-Kekerasan Perspektif Islam” di kediaman Gus Ziaul Haramain, Pimpinan Pondok Pesantren Darus-Sunnah, Pada hari Minggu, 8 September 2024.


Acara ini dihadiri oleh para anggota HIMA-IQTAF, dan Pimpinan Pondok Pesantren Darussunnah. Kegiatan ini diawali dengan khataman Al-Qur’an yang dilaksanakan bersama-sama, dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipandu oleh moderator dari HIMA-IQTAF.


Syarif Hidayatullah selaku pemantik menyampaikan bahwa Boikot adalah wujud nyata dari jihad non-kekerasan yang memungkinkan umat Islam untuk berjuang menegakkan keadilan tanpa harus mengangkat senjata. Dalam perspektif Islam, jihad tidak selalu berarti perang fisik, tetapi lebih luas mencakup segala bentuk perjuangan di jalan Allah. Boikot sebagai instrumen jihad adalah langkah kolektif yang menolak ketidakadilan dan penindasan, sambil tetap memegang teguh prinsip-prinsip damai, moralitas, dan kemanusiaan. Ini adalah jihad yang mengedepankan kekuatan pilihan, kesadaran, dan keteguhan hati dalam melawan ketidakbenaran secara cerdas dan tanpa kekerasan, Ujarnya.


Faqih dimar sebagai salah satu peserta diskusi tersebut mengutarakan pendapatnya bahwa Saat ini, keadaan sangat memprihatinkan. Kita menyaksikan banyak saudara kita dizalimi dengan dukungan dari perusahaan-perusahaan yang produknya dijual secara bebas. Oleh karena itu, menambahkan satu kriteria demi kemaslahatan bersama, yaitu melakukan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel, adalah suatu keharusan.Ini adalah bentuk dukungan, empati, serta perlawanan kita terhadap ketidakadilan. Boikot ini juga merupakan wujud perjuangan dan protes kita kepada mereka yang mendukung terjadinya peristiwa yang sangat menyedihkan ini, ujarnya.


Gus Ziaul Haramain, dalam diskusi tersebut, menekankan pentingnya pemahaman jihad sebagai bentuk perjuangan dalam konteks Islam yang tidak selalu identik dengan kekerasan. Beliau menjelaskan bahwa boikot dapat menjadi salah satu bentuk jihad non-kekerasan yang efektif dalam menegakkan keadilan dan melawan penindasan, sesuai dengan ajaran Islam yang mengedepankan perdamaian.


Ndaru Falah sebagai ketua umum HIMA-IQTAF pun menanggapi dalam diskusi ini bahwa dari perspektif Islam, boikot terhadap entitas atau negara yang melakukan penindasan dapat dilihat sebagai bentuk jihad non-kekerasan. Boikot menawarkan cara bagi umat Islam untuk merespons ketidakadilan, seperti yang terjadi dalam konflik Israel-Palestina, tanpa harus terlibat dalam kekerasan fisik. Dalam Al-Qur’an dan hadits, umat Islam diajarkan untuk menentang kezaliman dan ketidakadilan dengan cara-cara yang bijaksana dan damai. Boikot dapat dipandang sebagai salah satu bentuk perjuangan yang konsisten dengan prinsip-prinsip Islam yang mengedepankan perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan. Ujar nya
Acara berlangsung dengan khidmat dan interaktif, di mana para peserta sangat antusias dalam berdiskusi, memberikan pendapat, serta bertanya mengenai relevansi dan penerapan boikot sebagai bentuk perlawanan yang damai di era modern.


Sebagai penutup, acara ini diharapkan mampu memberikan pencerahan dan meningkatkan kesadaran mahasiswa serta masyarakat akan pentingnya peran aktif dalam memperjuangkan nilai-nilai keadilan tanpa harus mengedepankan kekerasan.
Dengan terselenggaranya acara ini, HIMA-IQTAF memberikan respon terhadap apa yang sedang marak terjadi dan menjadi sebuah dilema bagi umat muslim dan juga besar harapan dari diskusi semacam ini dapat terus berlanjut, sebagai wujud kontribusi intelektual dan spiritual dalam menyikapi isu-isu global dari perspektif Islam.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these

Omgomg Сайт Площадка